Indonesia Harus Fokus pada Konten Digital


Indonesia Harus Fokus pada Konten Digital

Liputan Wawancara DEKAN Fakultas Industri Kreatif Telkom University Agus Achmad Suhendra pada Seminar Nasional “Ekonomi Kreatif Sebagai Kekuatan Ekonomi Baru Berbasis Kreatifitas dan Inovasi”

pr online 2

BANDUNG,(PRLM).- Indonesia idealnya fokus pada konten digital untuk dikembangkan sebagai subsektor andalan ekonomi kreatif. Dengan begitu, tingginya animo masyarakat terhadap dunia maya bisa dinikmati oleh pelaku kreatif dalam negeri.

Hal itu dikemukakan oleh Dekan Fakultas Industri Kreatif Telkom University Dr. Ir. Agus Achmad Suhendra, MT dalam Seminar “Ekonomi Kreatif Sebagai Kekuatan Ekonomi Baru Berbasis Kreativitas dan Inovasi” di Gedung Sebatik Telkom University, Kota Bandung, Senin (7/9/2015).

Menurut Agus, bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini menjadi incaran berbagai negara untuk memasarkan produknya. “Tidak terkecuali produk yang berbasis internet,” katanya.

Agus menambahkan, pangsa pasar dunia maya Indonesia tak kalah besar dengan dunia nyata. Hal itu ditunjukan dengan besarnya jumlah pengguna internet saat ini yang terus tumbuh pesat.

Selama ini, kata Agus, pangsa pasar itu masih banyak dinikmati oleh pelaku kreatif asing. Sebut saja situs jejaring sosial facebook dan berbagai aplikasi pesan instan yang jumlah penggunanya di negeri ini tak pernah surut.

Meskipun demikian, Agus tak menampik jika subsektor ekonomi kreatif lain pun harus dikembangkan. Namun tanpa fokus, pengembangan ekonomi kreatif dinilai tak akan efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Agus menegaskan, di Indonesia ada sekitar 16 subsektor ekonomi kreatif yang potensial. Namun jika fokus terbagi, justru tak ada satupun subsektor yang bisa menjadi penggerak ekonomi nasional.

“Dalam satu waktu maksimal 4 subsektor yang bisa dikembangkan bersamaan. Singapura pun hanya 3 dan Korea fokus pada film dan musik. Hasilnya mereka berhasil menjadikan itu sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi,” tutur Agus.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Josep Pesik tak menampik jika potensi subsektor ekonomi kreatif Indonesia sangat luas. Hal itu pun sempat membuat Bekraf kesulitan menyusun rencana besar pengembangan industri kreatif negeri ini.

Menurut Ricky, desain saja di Indonesia terbagi dalam 3 subsektor terpisah yaitu desain interior, desain komunikasi visual dan desain produk. “Padahal di Inggris ada 9 jenis desain yang digabungkan menjadi 1 subsektor,” ucapnya.

Ricky pun mengaku pengembangan tidak bisa dilakukan langsung untuk 16 subsektor sekaligus. Oleh karena itu Bekraf telah sepakat untuk lebih dulu fokus pada tiga subsektor prioritas yaitu film, aplikasi dan musik; kuliner; serta kriya.

Ketiga subsektor itu dijadikan prioritas karena dinilai bisa mengangkat subsektor lain jika nantinya sudah berdiri sendiri. Film misalnya, diyakini bisa ikit mendongkrak subsektor desain komunikasi visual, seni pertunjukan, animasi, fesyen, dan lain-lain.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan daya saing KUKM pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Mohammad Rudy Salahuddin menegaskan, pemerintah akan terus memegang komitmen untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Hal itu dilakukan karena pemerintah menyadari besarnya potensi ekonomi kreatif untuk berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan nilai ekspor.

Menurut Rudy, pemerintah menargetkan peningkatan kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB dari 7,1 persen pada 2014 menjadi 12 persen pada 2019. Begitu juga serapan tenaga kerja bisa meningkat dari 13 juta menjadi 13 juta orang dan nilai ekspornya naik dari 5,8 persen menjadi 10 persen. (Handri Handriansyah/A-147)

sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/09/07/341418/indonesia-harus-fokus-pada-konten-digital

 


Leave a Reply